Pengungsi Urban
Sebagian besar pengungsi di seluruh dunia saat ini tinggal di wilayah urban. Pengungsi urban menghadapi banyak rintangan dari masalah xenophobia sampai dengan masalah penahanan. JRS bekerja untuk menjamin agar pengungsi urban yang paling rentan tidak dilupakan.
Melayani Pencari Suaka Urban, di Cisarua, Jawa Barat, sejak Desember 2009
Lebih dari 5.000 pencari suaka datang ke Indonesia untuk meminta perlindungan internasional dari kantor UNHCR. Selama menunggu hasil pengajuan suaka dalam waktu berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun, mereka kehabisan biaya dan sangat membutuhkan bantuan. JRS Indonesia membantu mencukupi kebutuhan hidup dasar, kesehatan, dan pendidikan non-formal bagi beberapa pencari suaka yang paling rentan dan tinggal di tengah masyarakat.
Komunitas Penungsi, di Sewon-Bantul, Yogyakarta, sejak September 2011
Saat ini lebih dari 1.000 pengungsi di Indonesia menunggu penempatan mereka ke negara ketiga, karena Indonesia tidak memberikan solusi berdaya tahan bagi pengungsian mereka. Kebosanan, stress, dan ketidaksabaran sering dialami oleh para pengungsi yang masih menunggu dalam ketidakpastian. Tim JRS menyelenggarakan kursus bahasa Inggris dan kegiatan sosial budaya bagi para Pengungsi yang sedang menunggu penempatan tersebut.
Accompaniment – Menyentuh yang Tak Tersentuh
Kamis, Juni 2nd, 2016
Setelah beberapa hari mengunjungi kamp dan memperhatikan rutinitas kegiatan pengungsi, mata saya tertuju pada sesosok remaja belasan tahun yang duduk sendiri di dalam tenda, sementara teman-temannya telah sibuk beraktivitas. Terdorong oleh rasa penasaran akhirnya saya menghampiri remaja tersebut. “Nama saya Mohammad Hasan,” begitu dia memperkenalkan diri. Lanjutkan baca
Pengalaman Singkat bersama JRS
Kamis, Juni 2nd, 2016
Saya Gifttra, mahasiswa IT dari President University. Saat ini saya sedang menyusun skripsi dan juga dalam masa pembelajaran bersama komunitas Magis Jakarta, komunitas yang membantu saya untuk lebih mengenal Tuhan. Komunitas ini menawarkan cara yang berbeda dalam mencari Tuhan. Salah satu metodenya adalah dengan program live in, tinggal dan belajar bersama komunitas marjinal. Saya, Risha, Doni, dan Ririn ditempatkan di Jesuit Refugee Service (JRS) di daerah Cisarua, Bogor. Lanjutkan baca
Pendidikan Untuk Masa Depan: Sebuah Harapan Pencari Suaka dan Pengungsi di Cisarua
Kamis, Maret 3rd, 2016
Bagi pencari suaka dan pengungsi, meninggalkan negara asalnya berarti juga meninggalkan segala kesempatan untuk belajar dan berkembang melalui pendidikan. Bagi pencari suaka dan pengungsi, pendidikan dirasa sangat penting. Selain sebagai hak fundamental, pendidikan menjadi salah satu sumber pengharapan mereka untuk terus belajar meskipun dalam ketidakpastian agar dapat meningkatkan kualitas hidup. Lanjutkan baca
Aksi Tulus untuk Solidaritas
Rabu, Agustus 12th, 2015
“Lho, memangnya ada pengungsi di Manado?” ucap Erlyn Kindangen dengan logat Sulawesi Utaranya yang kental. “Begitulah kira-kira reaksi spontan saya ketika pertama kali mendengar dari JRS soal karya mereka di Manado,” katanya sambil kemudian tertawa renyah Lanjutkan baca
Rindu Syaitara pada Ibunya
Rabu, Agustus 12th, 2015
Gadis kecil hitam manis bertubuh kurus bernama Syaitara (10) sudah begitu lama menahan rindu, sejak terpisah dari ibunya, Khonsuma dan kedua adiknya, Imam Husen dan Nurul Amin. Lanjutkan baca
Perjalanan untuk Menemukan Harapan
Rabu, Agustus 12th, 2015
Namaku Keyhan. Aku adalah seorang pengungsi Hazara dari Afganishtan yang sekarang tinggal di Australia. Sebelum sampai di sini, aku berada di Indonesia selama 3 tahun dan sempat tinggal di beberapa tempat yang tak akan pernah kulupakan. Izinkan aku menceritakan kisah hidupku, perjalananku dalam menemukan harapan. Lanjutkan baca
Merayakan Hidup yang Tangguh
Rabu, Agustus 12th, 2015
Hari Pengungsi Sedunia tahun ini
mengarahkan perhatian pada Saudara-Saudari
kita yang sedang mengalami kehidupan
yang luar biasa (ordinary people living in
extraordinary circumstances), yakni para
pencari suaka, pengungsi di dalam negeri, dan
pengungsi lintas batas negara. Lanjutkan baca
Tak Lagi Disalahpahami
Kamis, Juni 11th, 2015
Sesama pengungsi seringkali menawarkan diri sebagai penerjemah sukarela dalam berbagi situasi, entah di rumah detensi imigrasi maupun di tengah komunitas pencari suaka. Berkat bantuan mereka, pencari suaka dan pengungsi menjadi lebih mudah didengarkan dan dipahami. Lanjutkan baca
Memilih Untuk Menjadi Berdaya
Kamis, Juni 11th, 2015
Perempuan dan anak-anak termasuk dalam kelompok rentan pada berbagai isu konflik dan kepengungsian. Seringkali, mereka menjadi korban yang paling tidak berdaya untuk menghadapi dampak peperangan atau perpindahan secara paksa, akibat hilangnya akses sosial, politik, pendidikan, budaya, maupun ekonomi dalam kehidupan mereka. Lanjutkan baca
Suatu Hari dalam Kehidupan Seorang Sukarelawan JRS
Minggu, Desember 21st, 2014
Kami bercerita, kadang-kadang tentang negara asli mereka, kali lain tentang negara asli saya, Inggris. Kadang-kadang kami bercanda, tetapi kali lain saya terdiam ketika orang-orang yang sudah menjadi seperti saudara saya sendiri, bercerita tentang kisah hidupnya dan membuat kesulitan-kesulitan kecil yang saya hadapi menjadi tak ada artinya. Lanjutkan baca
Saat Penemanan Berbuah Persaudaraan
Minggu, Desember 21st, 2014
Perjumpaan dengan Bahrul Fuadi merupakan pengalaman persahabatan yang berharga bagi saya. Hadir sebagai sesama manusia dan menemani Pengungsi di Indonesia telah mengajari saya tentang arti persaudaraan melalui penemanan.
Lanjutkan baca
“Body Not Work”
Minggu, Desember 21st, 2014
Hidup di Indonesia, bukanlah hal yang mudah bagi Harun. Karena rasa takut yang selalu menghantui hidupnya, ia sulit percaya kepada orang lain. Harun harus bersabar untuk tinggal di Indonesia dan menanti keputusan UNHCR. “Saya tidak punya uang untuk bertahan lama, my life is very problem,” ungkapnya berkali-kali.
Lanjutkan baca
Pengungsi, Dari Manakah Mereka Datang dan Mengapa Mereka Berada di Sini?
Minggu, Desember 21st, 2014
Dari 33 Pencari Suaka yang berlayar ke Australia itu, dialah satu-satunya yang ditemukan selamat. Dia harus menjadi saksi atas kematian teman-temannya di tengah laut satu demi satu, tanpa isakan tangis keluarga dan taburan bunga pelayat, kecuali deburan ombak dan aroma asin laut. Pengalaman itu kini seakan menguatkan dirinya untuk teguh melanjutkan cita-cita, memulai kehidupan baru dan membuktikan bahwa kesempatan kedua yang ia peroleh dalam hidupnya tidak akan sia-sia. Lanjutkan baca
Foto untuk Mengundang Keterlibatan
Selasa, September 30th, 2014
“Fotografi dan Pameran hanyalah merupakan jalan untuk dapat mendiskusikan persoalan orang Rohingya secara lebih detail dan luas karena persoalannya menyangkut hak asasi manusia, identitas, hukum internasional, pengungsian dan sebagainya. Apabila pameran ini dapat membawa perubahan bagi situasi Rohingya, ini merupakan hal yang luar biasa. Kisah tentang pelanggaran hak asasi manusia terjadi di mana-mana sehingga pameran fotografi menjadi salah satu cara untuk mengangkat situasi yang sangat memprihatinkan itu. Akibatnya, pameran ini bukanlah soal fotografi melainkan soal keterlibatan,” kata Greg Constantine.
Lanjutkan baca
Harapan yang Tersisa
Selasa, September 30th, 2014
“Proses RSD UNHCR adalah satu-satunya harapan kami yang tersisa. Karena itu kami sangat berterima kasih JRS bersedia hadir di sini,” kata Fatimah. Kehilangan keluarga, tempat tinggal, dan harta memberikan tekanan batin yang besar bagi keluarga Mustafa. “Saya tidak menyangka perjalanan kami akan seperti ini. Tapi kami berusaha sabar. Paling tidak kami bertiga masih diizinkan untuk bisa bersama-sama.”
Lanjutkan baca
Pengungsi Anak-anak Memiliki Hak atas Perlindungan
Selasa, September 30th, 2014
Anak-anak yang terpaksa mengungsi, memiliki hak untuk mendapatkan pertolongan dan perlindungan agar mereka tetap memiliki masa depan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22 Konvensi tentang Hak-hak Anak yang disepakati oleh PBB pada tanggal 20 November 1989.
Lanjutkan baca
Pencari Suaka Anak di Indonesia Menghadapi Kerentanan
Senin, Juni 23rd, 2014
Hamid adalah satu dari antara ratusan anak tanpa pendamping yang mencari suaka di Indonesia. Mereka menjadi rentan karena sewaktu-waktu dapat ditangkap dan ditahan di Rumah Detensi Imigrasi. Seperti Hamid, mereka bisa telantar dan hidup di jalanan tanpa ada lembaga negara yang bertanggung jawab atas perwalian bagi mereka. Selain itu, tidak ada yang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Seringkali, mereka juga harus kehilangan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tanpa pendidikan dan harapan bagi masa depan. Lanjutkan baca
Kami Mengungsi dari Satu Negeri ke Negeri Lain
Senin, Juni 23rd, 2014
Ali, bocah lelaki yang lahir dalam pengungsian itu, tak pernah dapat mengenyam pendidikan dan kebebasan sebagaimana umumnya anak sebayanya. Perang, konflik, kekerasan, dan kerusuhan memaksa anak ini untuk ikut mengungsi dari satu negeri ke negeri lain bersama keluarganya. Hidupnya masih berada dalam ketidakpastian selama waktu yang tidak dapat ditentukan. Lanjutkan baca
Para Pengungsi adalah bagian dari Dunia Kita
Jumat, Juni 20th, 2014
“Perubahan sikap pribadi terhadap kaum migran dan pengungsi sungguh diperlukan, yakni perubahan dari sikap defensif dan takut, dari ketidakpedulian dan marjinalisasi – yang merupakan segala tipikal budaya membuang atau menyingkirkan – menuju sikap yang didasari oleh budaya perjumpaan, sebagai satu-satunya budaya yang mampu membangun dunia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih bersahabat” Lanjutkan baca
Dan Perjumpaan pun Bergema
Jumat, Juni 20th, 2014
Pada Hari Pengungsi Sedunia 20 Juni 2014 ini, titik perubahan sikap ini kita tujukan dalam rasa hormat kepada keluarga-keluarga pencari suaka dan pengungsi yang tercerai-berai akibat perang dan konflik, serta terlantar di tempat-tempat yang sebenarnya tidak jauh dari kita. Perhatian dan dukungan konkret bagi mereka kini sungguh diperlukan sehingga makin banyak pribadi dan lembaga yang memperhatikan kebutuhan mereka akan makanan, tempat tinggal, dan bantuan medis. Lanjutkan baca
Exiled to Nowhere – Burma’s Rohingya: Kesaksian dari Pameran Foto Sepuluh Hari
Kamis, Maret 27th, 2014
“Orang-orang Rohingya yang tinggal di Myanmar tak memiliki hak. Bahkan seekor burung pun memiliki hak. Seekor burung dapat membuat sarang, berkembang biak, memberi makan untuk anak-anaknya, dan membesarkan mereka sampai mereka bisa terbang. Kami tak memiliki hak-hak dasar seperti itu,” kata Monir, orang Rohingya. Lanjutkan baca
Di Mana Ada Perdamaian, Di Situlah Saya Ingin Hidup
Jumat, Januari 3rd, 2014
Saat ini, Mebratu Selam tinggal sementara di Indonesia dan telah mendapatkan status “Refugee” dari UNHCR. Duapuluh enam tahun silam, ia lahir di sebuah kota kecil di Ethiopia dalam sebuah keluarga dari etnis minoritas. Setelah lulus SMA ia sempat belajar di sebuah Akademi Teknik namun tak menyelesaikannya. Beruntung sekali, setelah mengikuti pelatihan di bidang teknik konstruksi dengan hasil yang baik, ia direkrut oleh sebuah perusahaan dan bekerja sebagai petugas konstruksi. Namun sayang, hidupnya yang selalu menghadapi ancaman dan tidak aman, memaksanya untuk meninggalkan kampung halaman demi mencari keselamatan. Lanjutkan baca
Satu Perempuan Saja, Sudah Terlalu Banyak!
Jumat, September 27th, 2013
Qamariah yang lahir dalam keluarga atau suku yang teraniaya, masih harus mengarungi dunia, menanggung penderitaan, ancaman dan ketidakpastian hingga menemukan orang dan sebuah negara yang mau menerimanya apa adanya, sebagai manusia, yang memberikan hak-hak yang telah lama dirindukannya – Hak untuk Bebas dari Penganiayaan Fisik, hak atas Pendidikan, Kewarganegaraan, untuk Membangun Keluarga dan hak untuk Bekerja. Itulah hak yang kita terima secara gratis setiap hari. Lanjutkan baca
Melayani Pengungsi adalah Kesempatan Istimewa
Jumat, Agustus 23rd, 2013
Pelayanan bagi para pengungsi merupakan tugas yang luhur dan membahagiakan, meskipun sulit dan berat. Luhur karena JRS menghormati dan mempromosikan martabat manusia dengan tindakan memperlakukan manusia-manusia konkret dalam masyarakat secara manusiawi. Membahagiakan karena ada orang-orang yang bersyukur atas relasi JRS dengan mereka. Sulit karena maksud baik untuk kemanusiaan sering dihadang oleh kepentingan-diri yang sempit. Berat karena bila berhadapan dengan penderitaan orang lain, orang yang memiliki kepekaan dapat merasa cemas, sedih, tertekan, dan letih. Lanjutkan baca
Dalam Naungan Sayap-sayap Tuhan
Senin, Juni 17th, 2013
Adalah Otang Sukarna, lelaki 50 tahun, warga sebuah desa di perbukitan Cipayung, Jawa Barat, yang dengan ketulusan hatinya, menghadirkan ayat Mazmur ini dalam kehidupan sehari-hari. Ia adalah orang desa yang menjadi sahabat bagi para Pengungsi dan Pencari Suaka. Melalui cara-cara yang sederhana dan nyata, ia memotivasi warga desa, ibu-ibu serta anak-anak, untuk bersikap ramah dan bersahabat kepada Pengungsi dan Pencari Suaka yang tinggal di sana. Persahabatan yang tulus dan sikap saling membantu sebagai saudara, adalah keramahtamahan yang nyata, sekaligus wujud perlindungan yang memberi rasa aman bagi mereka. Lanjutkan baca
Pengalaman yang Mengubah Hidup
Kamis, Juni 13th, 2013
Akses terhadap komputer dan mengetahui bagaimana menggunakannya merupakan kebutuhan dasar bagi dunia kerja dan pendidikan. Ini juga berlaku bagi para Pengungsi di Indonesia yang menunggu penempatan ke negara ketiga. Namun, kelas komputer yang diselenggarakan oleh JRS bukan hanya berdampak bagi kehidupan para pengungsi. Lanjutkan baca
Mimpi tentang Baju Cinderella
Senin, Juni 10th, 2013
Kelas Menjahit, bukan semata-mata kelas yang mengajarkan keterampilan. Ia adalah perjumpaan yang mampu membasuh beragam kerinduan. Di sana ada kerinduan akan sahabat, rasa nyaman, keramahan, pengalaman baru, dan pertumbuhan. Di Kelas Menjahit, ada keleluasaan untuk tertawa, bergembira, dan berimajinasi. Ada kerinduan untuk saling belajar, saling meneguhkan, dan memberikan dukungan. Dalam perjumpaan dua kali seminggu itu, terpenuhilah kerinduan untuk lepas dari kejenuhan, kerinduan tentang penerimaan, serta kerinduan untuk memberikan diri dan berbagi dengan yang lain. Tak mengherankan jika Kelas Menjahit itu selalu menyulut semangat dan menarik kehadiran. Lanjutkan baca
Keramahtamahan yang Menyembuhkan
Jumat, Mei 10th, 2013
Dunia yang menderita sakit akibat perang, konflik, sentimen kecurigaan, dan stereotyping yang melahirkan Pengungsi, membutuhkan keramahtamahan untuk menyembuhkannya. Semoga penemanan, pelayanan, dan pembelaan JRS bagi para Pengungsi secara langsung, konkret, dan sederhana, dapat menjadi tanda keramahtamahan yang menyembuhkan. Semoga cahaya keramahtamahan melelehkan kebekuan-kebekuan sosial dalam masyarakat yang menolak pengungsi, serta menembus ruang-ruang penting tempat kebijakan politik mengenai Pengungsi diputuskan. Lanjutkan baca
Saya Tak Ingin Dihukum Lagi Hanya Karena Rupa dan Agama Saya
Selasa, Pebruari 12th, 2013
Siang itu telepon genggam saya berdering. “Hallo Pak, sekarang ini situasi di Myanmar semakin buruk. Orang Rohingya semakin mengalami banyak kesulitan. Berita terakhir sangat buruk. Kapan kita bisa bertemu?”, demikian suara Mohammad Amir[i] cemas. Pengungsi etnis Rohingya berusia 27 tahun … Lanjutkan baca
Pelatihan Bagi Pengacara Pro Bono
Jumat, November 9th, 2012
Pencari suaka adalah seseorang yang mengajukan permohonan perlindungan internasional sebagai pengungsi setelah meninggalkan negara asalnya karena alasan yang nyata terhadap penganiayaan. Untuk mendapatkan perlindungan internasional sebagai pengungsi, seorang pencari suaka harus membuktikan adanya kemungkinan yang rasional tentang penderitaan yang ia … Lanjutkan baca
I Wish You All the Best in the Future
Jumat, September 28th, 2012
“Thank you. You have done the best for this picnic”, kata salah seorang pengungsi asal Afganisthan ketika semuanya sudah siap di depan bus yang akan membawa kami ke tempat tujuan. Dengan wajah gembira, mereka bergantian untuk mengambil foto sebelum berangkat. Sungguh, hari itu saya menjadi saksi bahwa mereka adalah orang-orang yang berbesar hati. Semoga Tuhan memberkati. Lanjutkan baca
Jalan Panjang Menuju Kebebasan dan Kedamaian
Kamis, Agustus 9th, 2012
Saya bertemu Mahani (bukan nama sebenarnya) di rumahnya di Indonesia. Ia sedang bersiap untuk makan siang bersama tiga anaknya yang berumur 13 tahun, 7 tahun, dan 6 tahun. Ia menyediakan bagi kami makan siang vegetarian, karena orang Sri Lanka tidak mengonsumsi daging pada hari-hari tertentu. Di rumahnya yang kecil, ia menghabiskan hari-harinya dengan merawat keluarganya dan menunggu. Lanjutkan baca
Catatan Kecil di Hari Pengungsi
Rabu, Agustus 8th, 2012
“Anak saya sekarang berumur tiga tahun, tetapi saya belum pernah melihat wajahnya,” ata seorang pengungsi asal Afghanistan yang tinggal di Sewon, Bantul, Yogyakarta. “Saya meninggalkannya ketika masih dalam kandungan. Sejak itu saya tidak berjumpa dengan istri dan anak saya,” lanjutnya dengan tatapan mata lurus ke depan, menyembunyikan kesedihan dan kesepian mendalam di tengah keriuhan suasana peringatan Hari Pengungsi Sedunia. Lanjutkan baca
Anak-anak Belajar dari Kehidupan
Rabu, Agustus 8th, 2012
Konflik dan kekerasan telah memaksa sebagian orang untuk mengungsi dan mencari suaka ke negeri lain. Dari antara mereka yang terpaksa berpindah tempat, anak-anak menjadi korban yang paling rentan Lanjutkan baca
Kesabaran dalam Perjalanan Panjang
Selasa, April 6th, 2010
Sejak awal Januari 2009, media massa baik internasional dan nasional memberitakan kaum Rohingya, manusia perahu yang melintasi lautan lepas berminggu-minggu hanya dengan perahu kecil tak bermotor, tanpa bekal yang cukup yang terdepak dari Thailand. Setelah menempuh perjalanan jauh yang traumatis serta menghadapi kelaparan dan penyakit di lautan lepas, akhirnya mereka terdampar di daratan Indonesia. Sebulan setelah kedatangan 193 orang di Sabang, ujung paling barat Indonesia, perahu kedua yang memuat 198 orang tiba di Kuala Idi, Kabupaten Aceh Timur. Berbagai pertanyaan muncul berkaitan dengan latar belakang dan pertanggungjawaban atas perjalanan dan kedatangan mereka di Indonesia. Lanjutkan baca